Senin, 15 Agustus 2022

Kunci Jawaban Latihan Pemahaman Materi Merumuskan Tujuan Pembelajaran

Berikut saya sampaikan soal pada Platform Merdeka Mengajar Modul Kurikulum Operasional Satuan Pendidikan (SD/Paket A, SMP/Paket B, SMA/K/Paket C/)

Materi Memahami Capaian Pembelajaran

Soal 1;

Tujuan Pembelajaran dikembangkan dari ....

Jawaban 2:

Capaian Pembelajaran



Soal 2

Hal yang diidentifikasi saat merumuskan tujuan pembelajaran dengan cara alternatif ke-2 adalah:

Jawaban 2.

Lingkup materi dan kompetensi



Senin, 18 Juli 2022

SEJARAH BERDIRINYA KECAMATAN KALIBAWANG WONOSOBO

 

Upacara Peringatan Hari Jadi Ke-19 Tahun 2022

Kalibawang pada jaman dahulu sebenarnya sebuah kademangan, desa atau kelurahan yang memiliki pemerintahan sendiri.  Sementara saat ini Kalibawang adalah sebuah dusun yang masuk wilayah administrative Desa Karangsambung.

Berdasarkan cerita turun temurun yang diwariskan dari para leluhur tentang cikal bakal berdirinya kecamatan Kalibawang berawal pada sekitar tahun 1820 M. dalam upaya merebut kemerdekaan dimana daerah Ledok (Wonosobo) merupakan benteng pertahanan pasukan Pangeran Diponegoro.

Disinyalir sekitar  tahun 1820-1830 berawal diidaerah Ledok atau yang sekarang lebih akrab dipanggil dengan nama Wonosobo yang merupakan basis pertaanan para prajurit Ngayogyokarto Hadidiningrat atau keratin Yogyakarta dan dari para pejuang kemerdekaan dari daerah sekitar Ledok.

Pendiri Kalibawang adalah Raden  Lukito  beliu adalah putra dari  Adipati Loano. Pada saat itu Raden  Lukito   meminta ijin kepada Ayahnya untuk mengembara dan beliau disarankan ayahnya untuk mengembara kearah Baratmemiliki kesenangan sebagai pengembara memohon ijin kepada ayahnya (Adipati  Loano) untuk melakukan pengembaraan kearah barat laut (Jawa: kulon lor) menyusuri sungai Gowong dan yang ditemani oleh Ki Bekel agar berhenti ketika dia menemukan sebuah pohon mbawang (sejenis mangga). Dengan memberikan beberapa syarat dan saran akhirnya ayahanda pun mengizinkan namun dalam pengembaraannya Raden  Lukito  (sang putra) disarankan untuk berjalan mengkuti arus sungai gowong dari hilir ke hulu. Ketika tiba didaerah Kaliwungu-Bruno beliau menemukan sebuah air terjun beliau beristirahat disitu. Karena airnya muncrat-muncrat air terjun tersebut diberinama Curuk Muncar.  Setelah istirahat cukup beliau melanjutkan perjalanan berhenti ketika dia menemukan sebuah pohon mbawang (sejenis mangga) yang tumbuh besar di pinggir sungai dan babat alas untuk membuka sebuah pemukiman.  Setelah selesai babat alas atau belukar beliau membuat rumah dan belia memberi nama pemukiman tersebut Kalibawang berawal dari pohon mbawang yang tumbuh dipinggir kali.

Karena merasa telah mencapai dari puncak perjalannannya yang di wasiatkan oleh ayahnya. Raden  Lukito  Kembali Pulang Ke Loano sebagai wujud rasa bangga atas keberhasilannya. Setelah mendengar cerita perjalanan R. Lukito  Adipati Loano Memerintahkan R. Lukito  untuk membuat perkampuangan atau kademangan di tempat yang telah disinggahinya dengan Reden Lukito  diangkat menjadi Demang Pertama dengan Gelar Kerto Prawiro I.

Dalam proses pembuatan tempat tinggal Raden  Lukito  dan Ki Bekel menebangi pohon di sekitar sungai tersebut hingga suatu saat ketika sedang sibuk menyiapkan tempat  dengan membersihkan semak belukar Raden  Lukito  terperosot dan jatuh terus ke bawah tebing yang cukup curam dan terhenti tepat didepan sebuah rumah tua yang dsinyalir adalah rumah pertama di Kalibawang.

Setelah sadar dari apa yang terjadi sebelumnya dia melihat sosok rumah tersebut Raden  Lukito  mencoba melihat segala aspek yang ada di rumah tersebut. Di ruang depan terlihat sebuah meja  bundar dan beberapa kursi juga terlihat sebuah kursi goyang, cermin atau kaca yang sewajarnya pada saat ini dipakai untuk rias pun terlihat disitu, kemudian setelah mencoba untuk masuk lebih dalam diapun melihat alat-alat rumah tangga yang memang lazim untuk digunakan seperti alat dapur, alat tidur dll.

Setelah berfikir panjang akhirnya Raden  Lukito  pun  mengurungkan niatnya untuk mendirikan rumah sebagai tempat tinggal baru namun ia memutuskan untuk menempati rumah tua tersebut dengan para abdinya.



Setelah beberapa lama Raden  Lukito  menempati rumah tersebut kejanggalan demi kejanggalan mulai dirasakan oleh dirinya dimana pada setiap malam jum`at kliwon maupun selasa kliwon selalu terlihat sesosok pria tua berambut panjang, dan keluar ingus dari kedua lubang hidungnya di kursi goyang yang sudah diceritakan sebelumnya. Dalam benak Raden  Lukito  senantiasa bertanya-tanya siapakah pria tua itu? Namun sampai saat ini entah karena Raden  Lukito  tidak  berhasil mengetahui atau faktor lupa sampai saat ini keturunan masih belum dapat mengetahui siapa sebenarnya sosok pria tua tersebut.

Setelah cukup umur Raden  Lukitopun merasa perlu memiliki keturunan hingga akhirnya dia mempersunting seorang wanita yang merupakan Putri Adipati Purworejo bernama Nyi Gober atau Nyi Kopek atau lebih dikenal dengan nama Nyi Kopek . Disebut nyai Kopek  karena bilau memiliki postur tubuh yang tinggi dan memiliki payudara yang besar (montok).

Nyi Kopek  adalah seorang wanita yang luar biasa  diantara begitu banyaknya perbedaan antara Nyi Kopek dengan wanita pada umumnya.  Beberapa perbedaan yang sangat mencolok  adalah dari segi fisik. Diceritakan bahwa Nyi Kopek  adalah seorang wanita yang memiliki payudara yang sangat besar hingga ketika beliau akan menyusui anaknya dia tidak perlu menggendong anaknya didepan namun dia cukup menyampirkan payudaranya kearah anaknya digendongan belakang. Selain itu nyi Kopek  adalah salah satu wanita yang sakti mandra guna, kesaktiannya dibuktikan ketika sang suami meminta beliau mengambilkan api dari dapur dia mengambilnya dengan kedua tangannya dan diletakkanlah bara api tersebut diatas selendang yang dipakainya namun apa yang terjadi? Selendang dan tangan yang dipakaki untuk mengambil api sama sekali tidak terbakar. Melihat kehebatan yang tidak seberapa bagi sang istri Raden  Lukito  merasa sangat malu hingga suatu hari Raden  Lukito  berpamitan kepada istrinya untuk melaksanakan bertapa selama empat puluh hari di gunung Gemantung desa Dempel saat ini.


Sepeninggal Raden  Lukito  bertapa kademangan Kalibawang diserang olleh Kademangan Kalilusi (Sekarang masuk wilayah desa Pecekelan kecamatan Sapuran) dengan tujuan menaklukkan sebagai wilayah kekuasaannya, pertempuaran pun tidak bisa dihindari ketika semua prajurit dari Kalibawang bertemu dengan pasukan dari Kalilusi namun pasukan Kalibawang kalah dan memutuskan untuk mundur dan melapor kepada  Nyi Gober atau Nyi Kopek atau Nyi Kopek, mendengar laporan dari para prajurit Nyi Gober atau Nyi Kopek pun akhirnya turun tangan sendiri tanpa membawa senjata apapun kecuali alat-alat dapur seperti centong dan irus. Tapi entah apa yang terjadi ketika prajurit Kalilusi bertemu dengan Nyi Gober atau Nyi Kopek bukannya melawan Nyi Gober atau Nyi Kopek malahan mereka saling menyerang satu sama lain hingga akhirnya prajurit Kalilusi habis serta pemimpin pasukan Kalilusi pun tewas di medan pertempuran tersebut. Dengan membawa kabar Gembira Nyi Gober atau Nyi Kopek pulang menemui para abdinya yang telah menunggunya.

Selain itu diceriakan suatu ketika saat Nyi Gober atau Nyi Kopek Mandi di Kali Rambut Nyi Gober atau Nyi Kopek digigit ikan yang cukup besar dan ditarik-tarik masuk kedalam tempat tinggal ikan tersebut sehingga rambutnya nyaris putus, setelah lepas dari gigitan ikan tersebut entah sebuah ketidak sengajaan atau sebuah wangsit beliau berkata bahwa setiap keturunan berjenis kelamin laki-laki yang masih mengalir darah dari Nyi Gober atau Nyi Kopek akan memiliki ciri fisik berupa tak berambut pada kepala bagian Depan atau lebih sering dikatakan dengan botak. Tapi pada kenyataannya saat ini memang cukup terbukti walaupun tidak semuanya bahwa sebagian besar keturunan lelakinya memang berambut hanya pada bagian belakakang kepalanya.

Hari-demi hari dilalui Raden  Lukito  dalam pertapaannya hingga tempat yang pertamakali didatanginya untuk bertapa masih cukup bersih sampai tubuh Raden  Lukito  dipenuhi semak belukar sampai tidak terlihat kalau ada seseorang yang sedang berada di tempat itu.

Tepat pada malam keempat puluh dalam pertapaannya Raden  Lukito  mendapat sebuah pusaka berupa Keris ……………….. yang dibawanya pulang ke kademangan pada tepat kehari yang ke empat puluh. Karena lamanya beliau menahan haus dan juga lapar dengan tidak meneguk dan memakan sedikitpun makanan hingga badan beliaupun kurus kering seolah hanya tertinggal kulit dan tulang belulangnya saja Raden  Lukito  berjalan pulang seperti ringannya debu yang ditup angin hingga tetap didepan pintu rumahnya beliau pingsan dan jatuh membentur pintu rumah. Beberapa abdi yang melihatnya dengan campur rasa bingung siapakah orang tersebut mereka menolong dan memanggil nyi Kopek . Melihat suaminya jatuh terkapar nyi Kopek  memerintahkan abdinya untuk membawa R. Lukito  masuk dan diletakkan disebuah dipan yang berada di dekat tungku api dan diberi minum air tajin yang merupakan air bekas cucian beras pada waktu itu. Selama empat puluh hari Raden  Lukito  masih tergeletak di atas dipan tersebut, hingga ketika terdapat keanehan saat dia bangun dari rasa lemasnya bahwa kulit ari yang selama ini menemaninya selama hidup terlepas sebagaimana pakaian yang membalut tubuh dan berganti dengan kulit yang  baru.

Dan juga pada setiap malam jum`at kliwon dan selasa kliwon seperti halnya benda-enda mistis plungsungan Raden  Lukito  tersebut senantiasa dibakarkan menyan sebagai sesajen. Hingga sampai saat ini kulit tersebut masih disimpan oleh salah satu keturunan R. Lukito, tapi karena pudarnya paham animisme yang berganti dengan Islam sacaral ritual  bakar menyan dihilangkan, dan sebuah keanehan pun  terjadi kembali setelah berhenti dibakarkan menyan kulit tersebut secara fisik berubah menjadi mengkerut seperti kawul pohon aren. Sebagai bukti bagi siapa saja yang ingin melihat peninggalan tersebut saat ini disimpan oleh bpk. Supiarto Kalibawang sebagai keturunannya dan masih bisa dilihat kapan saja dan oleh siapa saja yang ingin mengetahui benda tersebut.


Pusaka yang didapat selama beliau bertapa merupakan pusaka yang cukup melegenda di Kalibawang hingga sampai saat ini konon masih disimpan oleh seseorang di kalibawang terakhir pusaka tersebut menyelamatkan sebuah nyawa saat peperangan dengan Jepang ada seorag prajurit yang masih merupakan keturunan dari Karto Prawiro pergi berperang dalam peperangan dia terkena sebuah mortar atau bom yang dilemparkan oleh Jepang namun ditengah-tengah jatuhnya nyawa dari rekannya dia masih sehat wal afiat sampai saat ini hanya saja keris tersebut mengalami kerusakan berupa patah pada gagangnya.

 Dari pernnikahanya R. Lukito  dan Nyai Kopek  dikarunai seorang putra yang menggantikan Raden  Lukito  menjadi Demang di Kademangan Kalibawang dengan Gelar Kerto Prawiro II. Dalam tangan Kerto Prawiro II kademangan Kalibawang berhasil memperluas daerah kekuasaannya sampai dengan desa Tambimalang saat ini. Dalam proses selanjutnya Demang Kerto Prawiro II menikahi seorang putri dari kademangan Tegalgot Kepil. Dari pernikahannya keduanya dikaruniai seorang putra yang juga menggantikan Kerto Prawiro II dengan Gelar Kerto Prawiro III. Kerto Prawiro III adalah sesosok Alim Yang berjasa besar dalam penyebaran Agama Islam di Tanah Kalibawang dengan Berkerja sama dengan Kyai Ilyas dari Purworejo yang berjasa membangun  masjid  tertua di Kalibawang yang berada di dukuh Santren yang merupakan bagian dari Dusun Sabrangkidul saat ini. Selain itu juga diceritakan  bahwa Kerto Prawiro II juga membangun sebuah madrasah atau tempat mengaji bagi para santri di sekitar kalibawang namun hingga saat ini belum diketahui secara jelas dimana letak madrasah tersebut.

Demi memperlancar keturunan Kerto Prawiro memperistri seorang wanita yan merupakan Putri dari demang selomanik dan mendapatkan enambelas orang anak.

Selanjutnya sepeninggal Kerto Prawiro III Kerto Wilogo menggantikan ayahnya sebagai demang, namun pada masa pemerintahannya gelar Kerto Prawiro dihapuskan karena itu hanya merupakan gelar turun temurun dari keluarga.

Seiring berjalannya waktu kalibawang yang dulunya kademangan berangsur-angsur memperbaiki keadaan masyarakat hingga akhirnya terbentuk Desa Karangsambung (saat ini). Serta pada tahun 2003 tepatnya tanggal 19 juli Kalibawang Resmi Berdiri Sebagai Kecamatan Sendiri.

Perbedaan-Perbedaan yang mencolok setelah Perubahan dari Kademangan, Desa hingga saat ini tahun 2010 tepat nya 7 tahun berjalan Kalibawang sudah berangsur-angsur membaik dengan berbagai ragam fasilitas yang ada diantaranya :

-          Telaksananya Pengadaan SMK N 1 Kalibawang

-          POLSEK

-          KUA

-          Koramil 

Serta berbagai macam sarana Penunjang Kehidupan lainnya.

Profil Kecamatan Kalibawang Wonosobo

Kecamatan Kalibawang menjadi bagian dari Kabupaten Wonosobo, yang merupakan Kecamatan termuda dan merupakan pemekaran pada tahun 2003 yang di resmikan dengan SK Bupati tanggal 19  Juli 2003.

Terdiri dari 8 desa sebagai berikut  :

1.    Eks Wilayah Kec. Sapuran yaitu Desa  : Tempurejo, Karangsambung dan Dempel.

2.    Eks Wilayah Kec. Kepil yaitu : Desa Pengarengan dan Kalikarung.

3.    Eks Wilayah Kec. Kaliwiro yaitu Desa : Mergolangu, Depok dan Kalialang

 

1.      Letak Ketinggian, Luas Wilayah dan Perbandingan Tanah Sawah/Bukan Sawah Keadaan letak ketinggian, luas wilayah, perbandingan luas sawah dan bukan sawah di wilayah Kecamatan Kalibawang dapat dilihat pada tabel berikut :

 

Ketinggian, Luas Wilayah, Tanah Sawah dan Bukan Sawah Kecamatan Kalibawang Kabupaten Wonosobo Tahun 2017

 

Ketinggian (m)

Luas Wilayah (Ha)

Tanah Sawah (Ha)

Tanah Bukan Sawah (Ha)

 

626

4.782

718

4.064

Hanya 4,86 % dari wilayah Kabupaten Wonosobo     

  Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Wonosobo , 2017 

2.      Jumlah Penduduk usia Produktif

Jumlah penduduk Kecamatan Kalibawang menurut jenis kelamin dan rasio jenis kelamin adalah sebagai berikut :

 

Jumlah penduduk menurut jenis kelamin dan rasio jenis kelamin

 

Jumlah Penduduk

Rasio Jenis Kelamin

 

Laki-laki

Perempuan

Total

 

11.384

11.242

22.626

101,26

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


di Kecamatan Kalibawang Kabupaten Wonosobo Tahun 2017

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Wonosobo , 2017

 

Daftar Pustaka

http://thamankz.blogspot.com/2011/04/cikal-bakal-kecamatan-kalibawang.html

https://kecamatankalibawang.wonosobokab.go.id/postings/detail/1029445/-

Kamis, 18 Januari 2018

CEO Visa: Ternyata Bitcoin Bukan Sistem Pembayaran. lalu Apa ya ????

Visa CEO: Bitcoin is Not a Payment System: Visa, the world’s largest credit card company, is widely regarded as being hostile to Bitcoin. It would seem intuitive that a traditional financial provider should look unkindly on anything that threatens its hegemony. Publicly, though, the company has had very little to say about Bitcoin, preferring to focus on matters within its own domain. In a CNBC interview on Wednesday, the corporation’s CEO broke his silence, opining – predictably – that Bitcoin is not a payments system.
Legacy Finance Meets Future Money
In an interview on Wednesday, recorded at New York’s National Retail Federation conference the previous day, Kelly was pressed for his thoughts on Bitcoin. “I don’t view it as payment system player,” said the CEO. “We at Visa won’t process transactions that are cryptocurrency-based. We will only process fiat currency-based transactions.”
[caption id=

Rabu, 17 Januari 2018

Ternyata Alibaba China dengan Diam-diam Luncurkan Platform Pertambangan Kriptocurrency

China’s Alibaba Quietly Launches Cryptocurrency Mining Platform: Unconfirmed Local Report: Chinese e-commerce and tech conglomerate Alibaba has quietly launched a cryptocurrency mining platform, according to an unconfirmed local media report.
According to Tencent News, Alibaba registered the platform, which is called “P2P Nodes,” on Oct. 10, 2017 with the relevant local authorities in Nanjing.
“Alibaba has recently launched a virtual currency mining platform “P2P node”, from the terms of the service agreement terms platform, the main operating platform is Alibaba East China Ltd.. It is reported that the company on October 10, 2017 has been completed registration, registered in Nanjing,” the report reads, according to a very rough translation.
It is not clear from the report whether the platform has officially begun registering users.
The news was first brought to the attention of Western audiences by cnLedger, who said that, according to its translation of the report, sources say that Alibaba may eventually incorporate the mining operation into its e-commerce platform.
A separate Tencent report indicates that the operation will be a “third-party” platform, presumably meaning that it will function as a cloud mining service that allows users to rent hashpower from the company.
The report said that Alibaba is “very cautious” about the project and that while users can withdraw cash using Alipay, they are currently unable to directly withdraw the coins that they mine, according to the terms of service.
If the report is accurate, it represents an about-face for Alibaba, whose founder, Jack Ma, indicated last month that the company was not going to engage with cryptocurrency.
“I don’t think we are ready for that,” he said, adding that the company would focus its efforts on fiat-based fintech innovations such as Alipay. “Bitcoin [is] not for me.”
The timing of the report is also significant, given that China’s central bank has lately sought to tighten the noose on the domestic cryptocurrency industry.
Earlier this month, regulators began pressuring local governments and utility providers to stop giving incentives to cryptocurrency mining operations, a policy that officials hope will make China less attractive to this burgeoning industry.
CCN also reported that central bank officials are planning to block domestic access to cryptocurrency trading platforms that are located off the mainland, widening its crackdown on centralized trading that began last year when regulators ordered the shutdown of local exchanges.

Jumat, 21 Juli 2017

Gandasuli, Sulasih & Jaran KoreTraditional Arts Mask Dance Lengger Yekti...





Histori Lengger Wonosobo

From the name alone
people can already guess that this dance uses a mask. But who would have
thought if the dancer who dressed in a traditional woman was a man. Apparently
the existence of men in this dance has a certain philosophy and purpose. The
Lengger Mask dances include traditional dances that are almost a century
introduced in Central Java. Initially this dance was pioneered in Giyanti
Hamlet by a traditional artist from Kecis Village, Selomerto Sub-district, Mr.
Gondhowinangun in 1910.

Next around the 60s
this dance was developed again by Alm. Ki Hadi Soewarno. This development makes
Lengger Mask dance look more attractive than Solo or Yogya dance style is smooth,
even tends to look like the style of East Java dance because it is said version
of the story comes from the Kingdom of Kediri. According to the figure and
artist of Giyanti Village, Lengger comes from the Javanese language
"elinga ngger" which means, "remember the boy". This dance
to give a message that everyone should always remember to the Creator and do
good to others. According to his story, this dance begins when King Brawijaya
who lost his daughter, Dewi Sekartaji, held a contest to reward anyone who can
find the princess. When the man who finds will be the husband of the princess
and if the woman then will be made a brother.

The competition
followed by many of these knights finally left behind two participants namely
Raden Panji Asmoro Bangun in disguise with the name of Joko Kembang Kuning from
the Kingdom of Jenggala. One more, King Klono of the Kingdom of Sebrang, is the
one who caused the princess to escape because the king set her up.

In the search, Joko
Kembang Kuning accompanied his bodyguard disguised as a traveling dancer who
moved from one village to another village. The dancers' play is a man who wears
a mask and dresses a woman with a makeshift musical instrument. It turns out
that in each staging of this dance received a rousing welcome. So named
Lengger, which comes from the word ledek (dancer) and ger or geger (crowded or
uproar).
Until in a village, this Lengger dance managed to attract the attention of Princess Dewi Sekartaji from hiding.
But at the same time Prabu Klono also have to know the whereabouts of the daughter, sent her brother accompanied Retno Tenggaron female soldier to apply Dewi Sekartaji. But the proposal was rejected so that strife and Dewi Retno Putri.Sementara Tenggaron won the Prabu Klono and Joko Kembang Kuning still demanding their rights to the king. Until finally the king decided that both contestants to fight. In the fight, Joko Kembang Kuning, represented by Knight Tawang Alun successfully killed King Klono. At the end of the story of Joko Kembang Kuning and Dewi Sekartaji married to party enlivened with entertainment artists Lengger.Menurut Mask Dance Studio Lengger Wonosobo from Langen Budoyo Setyo Dwi Pranyoto, Lengger which in the age of the Hindu Kingdom Brawijaya is Geger dancer (dancer who invites the crowd), experience Developments as the Islamic empires begin to stand. Is Sunan Kali Jaga who is a guardian figure who is very love of art that brought Lengger Dance as Syiar Islam.
 
Lengger Dance which in its development could have negative connotation because it started packed to provoke lust and the audience also used to enjoy this dance while drunk. "Seeing this condition Sunan Kalijaga Ronggeng disguised as masked and dancing Lengger, but when the audience has been swayed, then Sunan Kalijaga off his mask." Obviously a man who is more happy called Dwi this.
In this way Sunan Kalijaga taught manners, and Dance Lengger which was negative becomes a means of propaganda so Lengger until recently known as the "elinga ngger" a dance that teaches us to remember God.
 
Mask Dance Lengger persisted until today, the dance is usually danced by two people, man and woman wearing masks consuming traditional dress like a princess oversized Java in the past. Dancers dance this about 10 minutes accompanied by the music of gambang, saron, kendang, gong, and so forth.
Even some dance artists try to create a new dance that adopts from Lengger Mask Dance. One of them is Kenyo Lengger, a dance introduced by Sanggar Ngesti Laras. According to its founder Mulyani, Kenyo Lengger is danced by 5 women wearing sunglasses. "This dance contains a philosophy that we as human beings do not complain with the glow of the world's pleasures, that's why wear sunglasses," said Mulyani. According to him again, which makes humans terlena on the world is the throne, women, and treasures. Currently Lengger dance usually staged every there is a celebration event, big day, thanksgiving, and other folk feast. Even for the more popular community, Lengger Dance can also present a magical attraction like a lumping horse depending on the wishes of the buyer.

Translated


Google translate.