Membicarakan
keindahan Kabupaten Wonosobo memang nggak ada habisnya. Puncak Sukinir yang
terletak di Desa Sembungan, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo & Puncak
Siprau yang terdapat di Dataran Tinggi Dieng tepat di perbatasan Kabupaten
Kendal dengan Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah yang kini menjadi primadona baru.
Untuk teman-teman yang ada disekitar Kecamatan Kepil bagi yang belum berkunjung
ke Sikunir ataupun kepuncak Prau boleh berkunjung dulu ke Puncak Bukit
Notoyudho. Keindahannya tidak jauh berbeda dengan
Sikunir. Perjalanan yang ditempuh pun tidak terlalu sulit.
Puncak Notoyudho berada di Perbukitan antara dukuh
Pengarengan Jangkrikan dengan Dukuh Bojong Kepil. Untuk musim kemarau
perjalanan dapat ditempuh menggunakan roda dua maupun roda empat, namun kalau
musim hujan agak sulit. Namun bagi anda yang hobi offroad baik pakai mobil maupun
motor sport musim penghujanpun tetap dapat
dilalui. Perjalanan melalui jalur Pertigaan Bojong naik kurang lebih berjarak 1
km, setelah sampai dipertengahan bukit ada pertigaan jalan tanah belok kanan
naik kurang lebih sejauh 0,5 km. Perjalanan dilanjutkan jalan kaki dari parkir
kendaraan hanya kurang lebih dua menit.
Disebut bukit
Notoyudho karena tempat ini merupakan petilasan dari Tumenggung Notoyudho pada
saat berlangsunya perang Diponegoro. Perang Diponegoro adalah perang besar dan menyeluruh
berlangsung selama lima tahun (1825-1830) yang terjadi di Jawa, Hindia Belanda (sekarang Indonesia), antara pasukan
Belanda di bawah pimpinan Jendral
De Kock[1] melawan penduduk
pribumi Indonesia dibawah pimpinan Pangeran
Diponegoro. Berdasarkan dokumen-dokumen Belanda yang dikutip oleh
ahli sejarah, perang ini menewaskan sekitar 200.000 orang warga pribumi.
Sementara korban tewas di pihak Belanda berjumlah 8.000. Perang Diponegoro
merupakan salah satu pertempuran terbesar yang pernah dialami oleh Belanda
selama masa pendudukannya di Nusantara.
Peperangan ini terjadi secara menyeluruh wilayah Jawa, sehingga disebut Perang
Jawa.
Diatas bukit Notoyudho terdapat batu
yang ditumpuk-tumpuk membentuk semacam pemakaman, dan dalam tumpukan tersebut
terdapat pohon puring sebagai penanda kekeramatran tempat tersebut. Konon
Menteri Penerangan Indonesia Harmoko pada masa pemerintahan Soeharto pernah
berkunjung kesana. Bahkan banyak pejabat negara, anggota DPR dan masyarat yang mengunjungi
untuk ngalap berkah. Konon ceritanya bagi orang yang mau naik pangkat/jabatan dapat berjalan
mulus tanpa kendala setelah berkunjung ketempat tersebut. Wallohualam bi
shawab.